all about car
Senin, 31 Oktober 2016
Wiro Sableng #29 : Bencana Di Kuto Gede
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : PETAKA GUNDIK JELITA
KUTO GEDE sudah jauh di belakang mereka. Malam tambah gelap dan dinginnya udara semakin mencucuk. Di langit sebelah tenggara tampak kilat menyambar beberapa kali.
"Turunkan aku di sini!" teriak gadis di atas panggulan bahu kanan Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Tenang sajalah dan jangan banyak bicara. Berhenti di tempat ini masih cukup besar bahayanya. Bukan mustahil orang-orang kerajaan membuntuti kita!"
"Aku tidak takut pada mereka!" sahut Nawang Suri. Dia adalah gadis yang baru saja diselamatkan Wiro Sableng ketika pecah perkelahian hebat di istana di awal malam. Di atas bahu sang pendekar, dara itu berada dalam keadaan tertotok sementara tangan kanannya patah dan mendenyut sakit tiada henti. Tapi sebagai seorang gadis nekad dan keras hati tak sedikit pun rintih kesakitan ketuar dari mulutnya. Melihat si pemuda terus melarikannya, Nawang Suri berkata:
"Jika kau tak mau menurunkan aku di sini, bawa aku ke lembah Maturwangi di selatan!"
"Eh, kenapa kau minta dibawa ke sana?" bertanya Wiro.
Semula Nawang Suri tak mau menjawab. Ketika ditanya beberapa kali akhirnya dia menerangkan:
"Aku harus menemui pasukanku di situ. Paling tidak sebelum mereka bergerak. Aku akan kembali ke Kota-raja dan me
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #29 : Bencana Di Kuto Gede Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Selasa, 25 Oktober 2016
Wiro Sableng #19 : Pendekar Dari Gunung Naga
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : DI NEGERI TIONGKOK/CHINA
LEMBAH MERAK HIJAU yang terletak di propinsi Ciat-kang merupakan sebuah lembah subur dengan pemandangan yang indah. Lebih-lebih karena di sebelah timur lembah ini terdapat daerah persawahan yang luas dan pada saat itu padi yang ditanam telah masak menguning hingga kemanapun mata memandang, seolah-olah hamparan permadani emaslah yang kelihatan. Bila angin bertiup, padi-padi masak menguning itu bergoyang melambai-lambai mengalun lemah gemulai.
Dipagi yang cerah ini diantara desau tiupan angin lembah yang segar terdengarlah suara tiupan seruling yang merdu sekali. Barang siapa yang mendengarnya, pastilah akan tertegun dan memasang telinga baik-baik menikmati suara seruling itu. Siapakah gerangan yang meniup seruling tersebut? Tentunya seorang seniman pandai yang dapat menggambarkan keindahan pemandangan alam sekitarnya lewat hembusan napas yang disalurkannya ke dalam lobang seruling.
Tetapi adalah diiuar
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #19 : Pendekar Dari Gunung Naga Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Rabu, 19 Oktober 2016
Karet Gelang
Suatu kali saya membutuhkan karet gelang, satu saja. Shampoo yang akan saya bawa tutupnya sudah rusak. Harus dibungkus lagi dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak bisa berabe. Isinya bisa tumpah ruah mengotori seisi tas. Tapi saya tidak menemukan satu pun karet gelang. Di lemari tidak ada. Di gantungan-gantungan baju tidak ada. Di kolong-kolong meja juga tidak ada.
Saya jadi kelabakan. Apa tidak usah bawa shampoo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet. Sudah ditunggu yang jemput lagi. Akhirnya saya coba dengan tali kasur, tidak bisa.
Dipuntal-puntal pakai kantong plastik, juga tidak bisa. Waduh, karet gelang yang biasanya saya buang-buang, sekarang malah bikin saya bingung. Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba menjadi begitu penting.
Saya jadi teringat pada seorang teman waktu di Yogyakarta dulu. Dia tidak menonjol, apalagi berpengaruh. Sungguh, Sangat biasa-bisa saja. Dia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi. Dia
hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Itu pun kadang-kadang salah. Kemampuan dia memang sangat terbatas.
... baca selengkapnya di Karet Gelang Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor SatuSelasa, 18 Oktober 2016
Zawia
Mungkin lima hari sudah tank-tank merkava itu berjejer rapi di ujung jalan Ash-shabah, tetap berdiri angkuh di antara terik matahari yang begitu panas dan sentuhan dingin saat malam menjelang.
Pagi ini, di balik kaca jendela rumahku yang masih nampak berembun, kembali aku perhatikan dengan seksama tank-tank itu berlagak sombong dengan corongnya yang digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh orang-orang hitam berbaju loreng.
Akhir-akhir ini, aku begitu leluasa untuk melihat dengan jelas semua itu. Karena memang, rumahku ini berada tepat di pinggir jalan Ash-shabah, lima ratus meter dari persimpangan jalan Ash-shabah dan Arafat, tempat tank-tank itu berjejer menantang hari.
Di rumahku kini, aku hanya hidup berdua dengan kakakku, Emir namanya. Dan ketika kutanya perihal Abi dan Umi, ia selalu menjawab dengan jawaban yang sulit aku mengerti, “Abi dan Umi sedang ada janji dengan malaikat, dek…” begitu, selalu jawaban kak Emir di setiap kali ku tanya tentang Abi dan Umi yang tiba-tiba saja menghilang entah kemana sejak dua tahun lalu, sejak usiaku masih menginjak tahun kelima.
Hampir di setiap pagi, kak emir mengernyitkan dahi, manahan amarah di antara siaran televisi yang mengabarkan tentang mayat-mayat penuh anyir darah yang
... baca selengkapnya di Zawia Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Selasa, 04 Oktober 2016
Zawia
Mungkin lima hari sudah tank-tank merkava itu berjejer rapi di ujung jalan Ash-shabah, tetap berdiri angkuh di antara terik matahari yang begitu panas dan sentuhan dingin saat malam menjelang.
Pagi ini, di balik kaca jendela rumahku yang masih nampak berembun, kembali aku perhatikan dengan seksama tank-tank itu berlagak sombong dengan corongnya yang digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh orang-orang hitam berbaju loreng.
Akhir-akhir ini, aku begitu leluasa untuk melihat dengan jelas semua itu. Karena memang, rumahku ini berada tepat di pinggir jalan Ash-shabah, lima ratus meter dari persimpangan jalan Ash-shabah dan Arafat, tempat tank-tank itu berjejer menantang hari.
Di rumahku kini, aku hanya hidup berdua dengan kakakku, Emir namanya. Dan ketika kutanya perihal Abi dan Umi, ia selalu menjawab dengan jawaban yang sulit aku mengerti, “Abi dan Umi sedang ada janji dengan malaikat, dek…” begitu, selalu jawaban kak Emir di setiap kali ku tanya tentang Abi dan Umi yang tiba-tiba saja menghilang entah kema
... baca selengkapnya di Zawia Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Jumat, 30 September 2016
Hal Yang Membuat Kita Berbeda
Tak terasa sore menjelma senja, sajikan panorama langit berwarna jingga, bersambut semilir angin yang mulai menggetarkan bulu rona. Nuansa hari ini tak sejernih kemarin sobat, saat senyum dan candamu masih terukir di tanah ini. Masih terbayang jelas dalam ingatan ini tentang dialog terakhir kita di malam itu.
Kalimat darimu yang masih ku ingat “Suatu saat keadaan akan berubah, kita takkan menjadi orang yang diremehkan lagi, tak ada yang tak mungkin di dunia ini, meski harus melewati cobaan yang berat, kita menghirup udara yang sama, merasakan terik matahari dan dingin malam yang sama, kita juga berpeluang meraih kejayaan pada saatnya nanti” ujarmu. Itu perbincangan terakhir beberapa saat sebelum kita berpisah.
Karena hari sudah mulai gelap, aku pun beranjak dari halaman rumahmu yang kini nampak sepi.
Perkenalkan, namaku Arya dan dia adalah sahabatku, Fandi. Kami tinggal di sebuah perkampungan kecil di Kota Yogyakarta. Kami adalah sahabat yang tumbuh bersama, tak terhitung suka duka yang pernah kami bagi, sejak kecil sampai penghujung masa remaja. Sampai akhirnya kami lulus SMA, dan Fandi memutuskan untuk merantau ke kota, sedangkan aku melanjutkan kuliah karena desakan Orangtua.
Tak hanya sahabatku yang pergi, bersamaan dengan itu aku juga kehilangan kekasih. Ikatan yang kami jalin selama kurang lebih dua tahun h
... baca selengkapnya di Hal Yang Membuat Kita Berbeda Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Rabu, 28 September 2016
Kapsul Cita-Cita
Matahari mulai terbit dari ufuk timur dan mulai menyelinap masuk menerobos jendela kamar Nia. Tak lama kemudian terdengar seseorang membuka pintu kamar Nia perlahan dan dengan suara lembutnya membangunkan Nia yang masih tertidur pulas.
“Nia… bangun sayang, sudah pagi. Nanti terlambat loh masuk sekolahnya.”
Nia pun perlahan mambuka matanya. “ehmmmmmmmhhh, Nia masih ngantuk ma.”
“Iya, tapi kamu harus bangun, lihat itu sudah jam 6 loh nanti kamu telat.”
Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6, Nia lekas bangun dari tempat tidurnya dan langsung menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berseragam, Nia menuju ke meja makan untuk sarapan. Setangkap roti dan segelas susu menemani sarapannya hari ini.
“Nia berangkat dulu ya ma, pa.” Nia mencium pipi papa dan mamanya.
“Hari ini aku mau berangkat naik sepeda sama Rino.”
“Kalau begitu hati-hati ya.” sahut mama dan papa Nia serentak.
“Oke, ma..daaaa” Nia pun bergegas pergi.
Di luar pagar rumah Nia sudah tampak Rino menunggunya dengan sepeda birunya. Seperti hari-hari biasanya mereka memang sering berangkat sekolah bersama naik sepeda. Nia hidup di tengah keluarga yang
... baca selengkapnya di Kapsul Cita-Cita Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu